Sebab-Sebab Yang Dapat Membantu Dalam Menghafalkan AlQur'an.

Labels: ,
Dikutip dan diterjemahkan dari الأسباب المعينة على حفظ القرآن الكريم oleh Syeikh Mahmud al-Mishri

Terdapat banyak penyebab dan alasan yang dapat mebantu seseorang dalam menghafal al-Quran, namun saya (Syeikh Mahmud al-Mishriy) hanya akan menyebutkan hal-hal yang paling penting yang dapat membantu mempermudah dalam menghafal al-Quran.




  • Memperkokoh Tauhid kepada Allah 'Azza wa Jalla.
    Siapapun orang yang memperkokoh tauhid kepada Allah, maka Allah akan membukakan baginya pintu-pintu kebaikan, dan pintu kebaikan paling agung adalah menghafal al-Quran. Hal ini karena, tauhid adalah dasar dari seluruh prinsip yang menjadi landasan bagi Allah dalam menciptakan langit dan bumi, menurunkan kitab-kitab suci, mengirimkan para rasul, dan menjadikan manusia dihari kiamat kelak menjadi dua golongan, satu golongan dimasukkan-Nya ke dalam surga, dan satu golongan lainnya dimasukkan-Nya ke dalam neraka.
  • Ikhlas dalam niat.
    Sesungguhnya amal itu bergantung pada niatnya... setiap amal tanpa niat yang baik adalah seperti burung tanpa kepala, jadi adalah keharusan bagi setiap orang yang ingin menghafalkan al-Quran untuk mensucikan hatinya dari keburukan, dan menjadikan niatnya ikhlas, suci hanya demi Allah Tuhan semesta alam. Sehingga, semoga Allah SWT kelak akan membukakan baginya semua pintu-pintu kebaikan dan menganugrahkan kemudahan baginya dalam menghafalkan ayat-ayat suci Al-Quran.
    Orang pertama yang dilemparkan oleh Allah ke dalam api neraka di hari kiamat.
    Sesungguhnya Rasulullah SAW telah menkhabarkan kepada kita semua, tentang hukuman bagi seseorang yang tidak memiliki niat yang ikhlas dalam menghafalkan al-Quran agar semata karena demi Allah SWT, namun ada riyaa' (pamer) dan sum'ah (ingin dipuji oleh manusia). Rasulullah SAW bersabda:

    " إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ، فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ: جَرِيءٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ. وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ، فَأُتِيَ بِهِ، فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ، وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ: عَالِمٌ، وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ: هُوَ قَارِئٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ، فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ. وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ، وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ، فَأُتِيَ بِهِ، فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ: هُوَ جَوَادٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ، ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ".

    (رواه مسلم (وكذلك الترمذي والنسائي


    Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, beliau berkata, Aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya salah seorang yang pertama di hisab di hari kiamat adalah seorang laki – laki yang mati syahid (gugur dalam peperangan); kemudian disebutkan baginya semua kenikmatan – kenikmatan yang diberikan kepadanya, dan dia mebenarkannya. Kemudia Allah SWT bertanya kepadanya, 'Apa yang kamu kerjakan dengan nikmat itu?', lelaki itu menjawab, 'Aku berperang untuk-Mu hingga aku syahid'; Allah menjawab, “Kamu berdusta, (akan tetapi sesungguhnya) engkau berperang agar orang menyebutmu pemberani, dan (orang – orang) telah menyebutkan demikian itu", kemudian diperintahkan (malaikat) agar dia diseret di atas wajahnya hingga sampai dineraka dan dilemparkan kedalamnya”.

    Dan (selanjutnya adalah) seorang laki – laki yang mempelajari ilmu dan mengamalkannya serta dia membaca al-Quran, kemudian dia didatangkan, kemudian disebutkan nikmat – nikmat yang diberikan kepadanya dan dia membenarkannya. Kemudian Allah bertanya, 'Apa yang kamu kerjakan dengan nikmat – nikmat itu?' lelaki itu menjawab, 'Aku mencari ilmu dan mengamalkannya/mengajarkannya, dan aku membaca al-Quran karena-Mu'. Allah berfirman, “kamu berdusta, (akan tetapi) kamu mencari ilmu itu agar disebut sebagai 'alim (orang yang berilmu), dan kamu membaca al-Quran agar orang menyebutmu qari', dan kamu telah disebut demikian itu (alim & qari')” kemudian diperintahkan (malaikat) kepadanya, agar dia diseret di atas wajahnya hingga sampai di neraka dan di masukkan kedalam neraka”

    Dan (selanjutnya) seorang laki – laki yang diluaskan (rizkinya) oleh Allah. Dan dikaruniai berbagai harta kekayaan. Kemudian dia dihadapkan, dan disebutkan nikmat – nikmat yang diberikan kepadanya, dan dia membenarkannya. Kemudia Allah SWT berfirman, “Apa yang kamu kerjakan dengan nikmat – nikmat itu?”, lelaki itu menjawab, “Tidaklah aku meninggalkan jalan yang aku cintai selain aku menginfakkan hartaku untuk-Mu”; Allah SWT berfirman, “Kamu berdusta, tetapi kamu melakukan itu semua agar orang menyebutmu dermawan, dan kamu telah disebut demikian”. Kemudian diperankkan (malaikat) kepadanya, agar dia diseret di atas wajahnya, hingga sampai dineraka dan dimasukkan kedalam neraka.

    ~HR. Muslim (dan begitu juga at-Tirmidzi dan an-Nasai)
  • Doa
    Doa adalah salah satu hal yang utama yang dapat menolong seseorang dalam menghafalkan al-Quran. Karena, sebagaimana yang tercinta, Rasulullah SAW, telah bersabda:
    الدعاء هو العبادة “Doa adalah Ibadah”, Rasulullah SAW memerintahkan kepada kita untuk yakin, percaya bahwa doa kita pasti dikabulkan. Rasulullah SAW bersabda,


    قاَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عليه وسَلَّم ادعُوا اللهَ وأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجابَةِ واَعْلَمُوا أَنَّ اللهَ لاَ يَستجِيبُ دُعاَءً مِنْ قَلبٍ غاَفِلٍ لاهٍ


    Rasulullah SAW bersabda, “berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan diijabah dan ketahuilah bahwa Allah tidak akan menerima doa dari hati yang lalai dan main-main” (HR. Tirmidzi 3401)

    Maka perbanyaklah berdoa, agar Allah SWT menjadikan kita salah satu dari para ahli al-Qur'an,
  • Bertaubat, memohon ampunan kepada Allah SWT.
    Seseorang pada umumnya akan lupa apa yang dia telah hafal karena dosa-dosanya, oleh karena itu dia harus selalu beristighfar, memohon ampunan atas dosa-dosanya. Ibnu Mas'ud r.a, berkata, “Aku teringat seorang laki-laki yang lupa ilmu yang dia pelajari disebabkan karena dosa yang telah dia perbuat”, dan jika Imam Hanafi merasa bingung terhadap suatu permasalahan, dan merasa ragu, dia akan berkata kepada sahabatnya, “ini tidak terjadi kecuali karena dosa yang telah aku perbuat”, kemudian beliau bertaubat memohon ampunan dan kemudian melakukan sholat, setelah itu suatu permasalahan menjadi jelas baginya.
  • Membersihkan jiwa dari akhlak yang buruk.
    Mempelajari al-Quran adalah ibadah hati, ibadah rahasia untuk mendekatkan diri kepada Allah 'azza wa jalla, dan sebagaimana layaknya sholat yang tidak sah kecuali dengan keadaan suci baik badan, pakaian dan tempat sholatnya, maka hati nurani yang beribadah kepada Tuhan tidak akan sempurna tanpa kesucian hati dari sifat munafik, pembohong, dengki, iri, takabur dan penyakit-penyakit hati lainnya.

    Menghafal al-Quran itu layaknya menanam benih, ia tidak akan tumbuh kecuali berada pada tanah yang subur, lagi bagus. Jika ia berada pada tanah yang asam atau tandus, maka dia tidak akan bisa tumbuh, dan jikapun dapat tumbuh, maka tumbuhan tersebut tidak dapat menghasilkan buah-buahan, dan kalaupun bisa menghasilkan buah, maka buahnya tidak akan bagus dan lezat. Oleh karena itu, adalah sebuah keharusan bagi seseorang yang mempelajari al-Quran untuk selalu menjaga hatinya selalu bersih dari penyakit-penyakit hati dan menghiasinya dengan kebaikan, kemuliaan, sifat-sifat baik seperti kejujuran, dapat dipercaya, dan ketulusan. Dengan kata lain, semua sifat-sifat orang beriman harus ada dalam dirinya.
  • Memiliki tekad untuk menghiasi hati dan membersihkan jiwa dengan mempelajari al-Quran.
    Adalah suatu keharusan bagi seseorang yang mempelajari al-Quran, memiliki niat yang kuat untuk menghiasi hatinya dengan sifat-sifat terpuji, membersihkan jiwanya, dan mensucikan ruhiahnya, dan menjadikan mendekatkan diri kepada Allah swt. Sebagai niat yang ada dalam hatinya. Ummul mu'miniin 'Aisyah
    رضي الله عنها Telah memberitakan kepada kita, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda,


    الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيـَـتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَـيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
    رواه مسلم


    Orang yang mahir dengan al-Qur'an akan bersama para malaikat yang mulida dan baik-baik, dan orang yang membaca al-Qur'an dan terbata-bata membacanya dengan mengalami kesulitan melakukan hal itu maka baginya dua pahala. (HR. Muslim)
    dan sebagaimana telah diriwayatkan, bahwa malaikat turun untuk mendengarkan bacaan al-Quran seorang sahabat:


    عَنْ أُسَيْدِ بْنِ حُضَيْرٍ: قَالَ بَيْنَمَا هُوَ يَقْرَأُ مِنْ اللَّيْلِ سُورَةَ الْبَقَرَةِ وَفَرَسُهُ مَرْبُوطَةٌ عِنْدَهُ، إِذْ جَالَتْ الْفَرَسُ. فَسَكَتَ فَسَكَتَتْ، فَقَرَأَ فَجَالَتْ الْفَرَسُ، فَسَكَتَ وَسَكَتَتْ الْفَرَسُ, ثُمَّ قَرَأَ فَجَالَتْ الْفَرَسُ، فَانْصَرَفَ وَكَانَ ابْنُهُ يَحْيَى قَرِيبًا مِنْهَا، فَأَشْفَقَ أَنْ تُصِيبَهُ، فَلَمَّا اجْتَرَّهُ، رَفَعَ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ، حَتَّى مَا يَرَاهَا، فَلَمَّا أَصْبَحَ حَدَّثَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: ((اقْرَأْ يَا ابْنَ حُضَيْرٍ اقْرَأْ يَا ابْنَ حُضَيْرٍ )). قَالَ: فَأَشْفَقْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنْ تَطَأَ يَحْيَى، وَكَانَ مِنْهَا قَرِيبًا، فَرَفَعْتُ رَأْسِي فَانْصَرَفْتُ إِلَيْهِ، فَرَفَعْتُ رَأْسِي إِلَى السَّمَاءِ فَإِذَا مِثْلُ الظُّلَّةِ فِيهَا أَمْثَالُ الْمَصَابِيحِ، فَخَرَجَتْ حَتَّى لاَ أَرَاهَا. قَالَ: (( وَتَدْرِي مَا ذَاكَ ؟)) قَالَ: لاَ. قَالَ: ((تِلْكَ الْمَلاَئِكَةُ دَنَتْ لِصَوْتِكَ، وَلَوْ قَرَأْتَ لاَصْبَحَتْ يَنْظُرُ النَّاسُ إِلَيْهَا لاَ تَتَوَارَى مِنْهُمْ))


    Dari Usaid bin Hudhoir, dia menceritakan ketika dia membaca surat al-Baqoroh pada malam hari. Sedangkan kudanya diikat di dekatnya. Tiba-tiba kuda itu meloncat-loncat. Kemudian Usaid diam, kuda itu pun diam. Kemudian Usaid membaca lagi, kuda itupun meloncat-loncat lagi. Kemudian Usaid diam lagi, kuda itupun diam. Kemudian Usaid membaca lagi (pada kali yang ketiga), kemudian kuda itu meloncat-loncat lagi. Kemudian Usaid berpaling. Dan anak Usaid yang bernama Yahya berada dekat dengan kuda itu. Kemudian Usaid merasa kawatir kuda itu akan mengenai anaknya. Ketika Usaid menarik anaknya (agar tidak terinjak oleh kuda itu), dia mengangkat kepalanya ke langit. (Ternyata di langit ada awan seperti pelita-pelita yang naik ke langit) sampai dia tidak melihatnya.

    Ketika pagi hari, dia memberi tahu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Nabi berkata: “Hendaknya engkau tetap membaca, wahai Usaid bin Hudhoir.” Kemudian Usaid menjawab: “Wahai Rosulullah, aku kawatir kuda itu menginjak Yahya, sedang Yahya berada dekat dengan kuda itu. Kemudian aku mengangkat kepalaku, kemudian aku berpaling ke arahnya. Kemudian aku mengangkat kepalaku ke langit. Ternyata ada seperti awan yang ada pelita-pelita. Kemudian awan itu menghilang sampai aku tidak melihatnya.” Maka Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Apakah engkau tahu apa itu?” Usaid menjawab: “Tidak.” Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Itu adalah para malaikat yang telah mendekati suaramu. Dan kalau terus membaca, sungguh orang-orang akan melihatnya. Dan itu tidak akan terhalangi dari mereka.”
  • Memiliki waktu tertentu yang spesifik, khusus untuk menghafal al-Quran.
    Salah satu hal yang dapat membantu kita dalam menghafal al-Quran adalah mendedikasikan waktu tertentu, yang kita pergunakan khusus untuk menghafal al-Quran. Di waktu tersebut, tidak boleh ada gangguan dari orang lain (kita informasikan pada orang lain bahwa pada waktu tersebut kita sibuk, dan tidak boleh ada yang mengganggu).
  • Memiliki sahabat yang bersama-sama saling mendukung dalam menghafal al-Quran.
    Adalah suatu yang baik, jika kita memiliki seorang sahabat yang bersama-sama menghafalkan al-Quran, serta mau diajak untuk berkompetisi, bersaing dalam kebaikan dan saling mendukung dalam menghafal al-Quran.
  • Jangan terlalu disibukkan untuk menghafal yang mengakibatkan lupa untuk membaca al-Quran (tilawah dengan melihat).
    Perlu menjadi perhatian bagi seorang penghafal untuk tidak melupakan pentingnya membaca al-Quran dengan mushaf, karena membaca dengan menggunakan mushaf adalah bahan bakar dalam menghafal. Hal tersebut, juga dapat membantu untuk memperbaiki hafalan yang bisa jadi salah, disamping membaca dengan menggunakan mushaf dapat membantu untuk lebih konsentrasi memahami dan merenungkan ayat yang dibaca, sehingga hati menjadi semakin hidup dengan setiap ayat yang dibaca tersebut.
  • Melaksanakan shalat sunnah hajat.
    Shalat hajat adalah salah satu kesunahan bagi yang menginginkan hajatnya dikabulkan oleh Allah Swt. Oleh karena itu, dianjurkan untuk melakukan shalat hajat 2 rakat dan berdoa meminta kepada Allah SWT dengan keyakinan dan ketulusan. Disamping itu, juga penting untuk melaksanakan shalat taubat, dengan harapan semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa yang terjadi saat menghafalkan al-Quran.
  • Membaca dan mempelajarai tafsir ayat yang sedang dihafalkan.
    Membaca tafsir al-Quran dapat membantu seorang penghafal dalam memahami ayat yang sedang dihafalnya, hal ini dapat membantunya dalam menghafal dan memberikan gambaran yang jelas dalam hati seorang penghafal mengenai maksud ayat yang sedang di hafalnya.
  • Menghafal secara bertahap.
    Seorang penghafal hendaknya menghafal secara bertahap, dengan jumlah hafalan harian tertentu, serta tidak mempercepat hafalan/memperbanyak hingga benar-benar mampu melakukannya. Oleh karena itu, janganlah memaksakan diri untuk menghafal diluar batas kemampuan menghafal harian.
  • Mengikuti dan menyimakkan (tasmi') kepada seorang guru yang telah fasih.
    Salah satu hal yang sangat penting dalam proses menghafalkan al-Quran adalah mentasmi', memperdengarkan/menyetorkan hafalan kepada seorang guru yang fasih, sehingga seorang penghafal tidak keliru dalam hafalannya. Karena, kesalahan dalam menghafal itu terkadang terjadi, dan jika tidak segera dibenahi dan terlanjur terhafal dengan mantap, akan lebih sulit untuk membenahinya.
  • Konsisten menggunakan satu mushaf.
    Konsistensi menggunakan satu mushaf dapat membantu dalam menghafal, karena dapat membantu seorang penghafal untuk mengingat posisi-posisi ayat pada surah tertentu dalam mushaf.
  • Senantiasa gigih dan istiqamah dalam dzikir dan doa.
    Salah satu yang dapat mempermudah dalam proses menghafal adalah istiqomah dalam dzikir baik diwaktu pagi maupun petang. Disamping itu, juga adalah senantiasa berdoa dalam setiap keadaan dengan doa-doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, agar Allah SWT memberikan perlindungan dari godaan setan.
  • Membaca bagian yang telah dihafal dalam sholat.
    Adalah suatu keutamaan untuk membaca ayat-ayat yang dihafal dari al-Quran dalam sholat, baik dalam sholat wajib, dan terlebih lagi dalam sholat sunnah maupun nawafil seperti saat qiyaamul lail.
  • Qiyam al-Lai, menegakkan sholat malam.
    Qiyam al-Lail, sholat malam yang umumnya dilaksanakan di seprtiga malam terakhir, dimana di saat itu merupakan waktu yang mustajab. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits bahwa Allah 'azza wa jalla turun ke langit dunia pada waktu tersebut:


    عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ : يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِيْنَ يَبْقَى ثُلُثُ الأَخِيْرِ يَقُوْلُ : مَنْ يَدْعُوْنِيْ فَأَسْتَجِيْبَ لَهُ, مَنْ يَسْأَلُنِيْ فَأُعْطِيَهُ, مَنْ يَسْتَغْفِرُنِيْ فَأَغْفِرَ لَهُ


    Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda: “Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Dia berfirman: Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan, siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku berikan, dan siapa yang yang memohon ampun kepadaKu, maka akan Aku ampuni” (HR. Bukhari & Muslim)

    oleh karena itu mintalah kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh, agar Dia mengampuni dosa-dosa kita, dan memulyakan kita dengan hafalan dari kitab-Nya.
  • Menjadikan al-Quran sebagai prioritas tertinggi.
    Jika anda memulai belajar, mencari ilmu, mulailah dengan mempelajari al-Quran, me-review apa yang telah dihafal. Baru setelah itu, sibukkan diri dengan mempelajari yang lain.
  • Memberikan sanksi kepada diri sendiri, jika tidak memenuhi target harian.
    Jika anda gagal memenuhi target harian dalam membaca atau menghafal al-Quran, maka hukumlah diri anda dengan hukuman yang bermanfaat, seperti berpuasa, sholat malam, ataupun mengeluarkan sedekah.
  • Jangan pernah memulai menghafal sebelum memahami dan menguasai kaidah membaca al-Quran.
    Jangan pernah memulai menghafal al-Quran, kecuali anda telah lancar dalam membaca al-Quran dan telah sempurna dalam aturan tajwid. Hal ini agar saat anda menghafal, hafalan anda tidak keliru dari kesalahan cara pembacaan.
  • Fahami, bahwa menghafal al-Quran adalah langkah pertama dalam mencari ilmu.
    Seorang muslim tidak akan pernah menguasai ilmu dari ilmu-ilmu syari'ah dengan tanpa al-Quran, hal ini karena al-Quran merupakan pembuka dari pintu-pintu ilmu pengetahuan, bahkan sungguh al-Quran merupakan pembuka dari pintu-pintu kebaikan di dunia maupaun di akhirat nanti.
  • Berhati-hatilah terhadap munculnya sifat sombong, angkuh dan tertipu.
    Sifat sombong dan angkuh bisa jadi suatu ketika muncul di hati seorang hamba yang telah menghafalkan al-Quran, dan hal ini merupakan awal dari kesalahan, jadi, berhati-hatilah. Berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk memiliki sifat rendah hati, agar Allah SWT mengangkat kedudukan kita, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “barangsiapa berendah hati, maka Allah akan mengangkat(kedudukan)nya” HR. Bukhari dalam jami' as-shahih.

    Al Munawi memberikan beberapa contoh dalam masalah ini dari perilaku para sahabat, yang memperoleh pendidikan langsung dari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam yang layak untuk dijadikan suri tauladan. Ibnu Abbas, sahabat mulia yang amat dekat dengan Rasulullah mempersilahkan Zain Bin Tsabit, untuk naik di atas kendaraannya, sedangkan ia sendiri yang menuntunnya. “Beginilah kami diperintahkan untuk memperlakukan ulama kami”, ucap Ibnu Abbas. Zaid Bin Tsabit sendiri mencium tangan Ibnu Abbas. “Beginilah kami diperintahkan untuk memperlakukan ahli bait Rasulullah”, balas Zaid.

    Lalu Al Munawi menyebutkan bagaimana para ulama menghormati guru-guru mereka.
    As Sulaimi sendiri menceritakan pengormatan orang-orang terdahulu terhadap ulama mereka. Pada zamannya, orang-orang tidak akan bertanya sesuatu kepada Said bin Musayyab, faqih tabi’in, kecuali meminta izin terlebih dahulu, seperti layaknya seseorang yang sedang berhadapan dengan khalifah.

    Pengormatan Imam As Syaf’i kepada guru beliau Imam Malik, juga bisa kita ambil pelajaran. Masih munukil Ats Sulaimi, Al Munawi menyebutkan, “Di hadapan Malik aku membuka lembaran-lembaran dengan sangat hati-hati, agar jatuhnya lembaran kertas itu tidak terdengar”. Rabi’, murid Imam As Syafi’i juga tidak ingin gurunya itu melihatnya ketika sedang minum.
  • Senantiasa menjaga wudhu (daim al-wudlu) dengan baik dan sempurna (ihsan).
    Wudlu yang ihsan atau yang sempurna adalah wudhu yang sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits diriwayatkan:


    روي الإمام احمد عن رجل من أصحاب النبي صلّ الله عليه وسلّم أن رسول الله صلّ الله عليه وسلّم، صلَى بهم الصبح فقرأ فيها الروم فأوهم، فقال : إِنَّهُ يَلْبِسُ عَلَيْنَا القُراۤنَ، أَنَّ أَقْوَاماً مِنْكُمْ يُصَلُّوْنَ مَعَنَا لاَ يُحسِنُونَ الوُضُوءَ، فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الصَّلاَةَ مَعَناَ فَلْيُحسِنِ الوُضُوءَ


    Imam Ahmad meriwayatkan dari seoran sahabat Rasulullah SAW, bahwasanya Rasulullah SAW suatu ketika memimpin sholat shubuh, dan membaca surah ar-Ruum kemudian beliau ragu/wahm, kemudian selepas sholat, beliau bersabda, “sesungguhnya tercampur/tersamar bacaan al-Quran kami, sesungguhnya salah seorang diantara kalian yang sholat bersama kita yang tidak membaguskan/menyempurnakan wudhunya, barangsiapa diantara kalian yang hendak sholat bersama kita, maka perbaguslah wudhu (kalian)”. HR. Ahmad dengan sanad hasan.
  • Berusaha keras berjuang untuk memperoleh akhir yang baik.
    Sesungguhnya siapapun yang meninggal dengan suatu keadaan akan dibangkitkan dalam keadaan tersebut. Oleh karena itu, berjuanglah dengan keras untuk hidup dengan ayat-ayat al-Qur'an di dalam hati, lidah dan badan sehingga jika kita meninggal, kita meninggal, kita juga dibangkitkan diantara para pecinta al-Quran.
  • Membayangkan kenikmatan surga dan kengerian neraka.

    Jika kita yakin al-Quran adalah salah satu sebab yang menyelamatkan kita dari siksa kubur, dan penyelamat dari siksa neraka, jika kita yakin bahwa di hari kiamat kelak, kita akan dinaikkan drajatnya di dalam surga dengan al-Quran, maka sudah seharusnya kita berusaha keras untuk menghafalkan al-Quran dari awal hingga akhir, sehingga dengan demikian semoga kita mendapat tingkatan drajat tertinggi dalam surga. Semoga Allah SWT menjadikan kita semua termasuk golongan ahli al-Quran. aamiin

~{dikutip dan diterjemahkan dari terjemah ( الأسباب المعينة على حفظ القرآن الكريم oleh Syeikh Mahmud al-Mishri) oleh Farhia Yahya}~
Bandung, Ramadhan 1431 H

Sumber : http://myquran.com/forum/showthread.php/16498-Sebab-Sebab-yang-membantu-%28mempermudah%29-menghafal-al-Qur-an
1 comments:

wew.. nice post gan..
tapi kepanjangan ey.. @_@


Post a Comment

Daily Qur'an

Daily Hadits

jadwal shalat

Lokasi BILAL


View BILAL in a larger map

Pengunjung

Recent Posts

Tags


ShoutMix chat widget

Download

Followers